INFOBERAU.COM, TANJUNG REDEB – Dinas Perikanan kabupaten Berau mengimbau, agar para petani keramba untuk sementara waktu tidak menebar benih ikan. Dan sebisa mungkin memanen ikan yang masih berada di dalam keramba, khususnya yang berada di bantaran Sungai Segah, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
Seperti diketahui, Sungai Segah ditengarai tercemar oleh limbah pupuk yang diyakini berasal dari salah satu perusahaan perkebunan sawit.
Karena tercemar pupuk yang mengandung nutrisi tinggi, ganggang hijau merebak dan mengakibatkan warna air sungai yang biasanya cokelat keruh menjadi hijau jernih.
Meski tampak indah, namun fenomena ini menyebabkan ribuan ikan dalam keramba maupun ikan di habitat aslinya mati.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Berau, Tentram Rahayu mengatakan, pihkanya siap mendampingi para pembudidaya ikan yang terdampak fenomena ini.
“Kami siap mendampingi nelayan dan pembudidaya ikan keramba seandainya ada pihak yang mengaku bertanggung jawab,” kata Tentram Rahayu.
Pihaknya mengaku terus mengikuti perkembangan fenomena ini sejak bulan November 2019 lalu. Terutama yang berkaitan dengan sektor perikanan.
“Kami juga mengimbau untuk tidak menebar benih ikan untuk sementara waktu. Dan kami sarankan untuk memanen atau memindahkan ikan dari keramba,” ujarnya.
Dinas Perikanan mengaku memiliki catatan, kapan para petani keramba mulai merasakan dampak negatif dari fenomena inj.
“Kematian ikan ini mulai sejak bulan November lalu. Tanggal 9November dan kita catat terus. Terakhir pencatatan ikan yang mati pada tanggal 25 November. Setelah itu reda, kemudian puncaknya mulaibhari Minggu (5/1/2020) subuh,” ungkapnya.
Hingga saat ini pihak kadis Perikanan Kabupaten Berau juga telah mencatat kerugian warga sudah mencapai ratusan juta rupiah.
Basri, pembudidaya ikan keramba di Jalan Bujangga mengatakan, dirinya dan 11 pembudidaya ikan di lokasi yang sama mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta. “Dan kami bingung, mau minta ganti rugi pada siapa?” kata Basri.
Taban, pemilik keramba ikan lainnya mengatakan, matinya ikan-ikan dalam keramba ini disebabkan kekurangan oksigen. “Kami hanya berharap, pemerintah jujur mengungkap siapa pelakunya dan menindak pelaku pencemaran ini,” kata Taban.
Taban dan rekan-rekannya menyakini, limbah pupuk yang menjadi penyebabnya.
“Ikan yang mati ini ada ikan nila, ikan mas dan patin yang nilainya ratusan juta. Jangan pernah menutupi, ini nyata limbah perusahaan sawit,” tegasnya.