INFOBERAU.COM, TANJUNG REDEB – Secara kasat mata, fenomena perubahan warna air sungai hingga hari Kamis (21/11//2019) semakin parah.
Ini bisa terlihat dari kondisi air yang biasanya cokelat keruh, kini menjadi hijau dan jernih.
Sungai Segah, menjadi sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Segah untuk memproduksi air bersih.
Karena itu, perubahan warna air Sungai Segah ini menjadi perhatian PDAM. Untuk memastikan air bersih produksi PDAM Tirta Segah, masih aman digunakan oleh para pelanggan untuk berbagai keperluan.
Tidak hanya air yang berubah, pH (Power of Hydrogen) atau derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan dalam air Sungai Segah, mengalami perubahan yang cukup ekstrem.
Direktur PDAM Tirta Segah, Saipul Rahman mengatakan, tingkat pH masih bisa disesuaikan dengan menambahkan bahan kimi tertentu agar netral.
Karena itu, jika mengacu pada pH, Saipul Rahman mengklaim, air yang diproduksi PDAM dan disalurkan ke masyarakat, pH-nya sudah sesuai standar dan layak untuk digunakan.
“(Klaim) ini dari hasil uji sampel, beberapa parameter (yang berkaitan dengan standar air baku) sudah kami laporkan ke Dinas Kesehatan. Menurut mereka (derajat pH) masih bisa ditoleransi. Dan kami terus memantau perkembangan (kondisi air baku),” kata Saipul Rahman.
Dijelaskannya, untuk memproduksi air bersih, PDAM Tirta Segah mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), Nomor 492 Tahun 2010. Ada beberapa parameter yang wajib dipenuhi.
Di antaranya delapan parameter kimia, dua parameter mikrobiologi, dan enam parameter fisik. Untuk sementara, PDAM hanya mengambil parameter pH atau asam-basa air.
Sementara untuk pengujian sampel air secara menyeluruh, menurut Saipul Rahman membutuhkan waktu sekitar 3 pekan lamanya.
“Kami hanya punya alat untuk mengukur pH. Tapi kami juga sudah mengirim sampel ke laboratorium di Samarinda, untuk meneliti kandungan air secara menyeluruh,” jelasnya.
Berdasarkan hasil uji sampel air baku di perairan Teluk Bayur, yang terdapat intake PDAM, pH air menunjukan angka 3,9. Kondisi ini sebenarnya tidak direkomendasikan untuk pompa PDAM. Karena kandungan asam dalam air dikhawatirkan merusak mesin pompa air.
Meski begitu, setelah menambahkan komposisi bahan kimia tertentu, air yang diproduksi dan masuk dalam penampungan (resevoir) sudah dalam kondisi netral dan langsung didistribusikan kepada para pelanggan PDAM.
Saipul mengakui, karena hanya mengambil sampel pH sehingga tidak dapat memastikan, apakah ada kandungan lain dalam air baku.
“Dengan pH yang kita uji sebenarnya sudah cukup. Dan itu juga masih diterima selama (pH) di atas 6,5 sampai 7,” tandasnya.
Pemkab Berau juga telah mengambil sikap untuk mencari penyebab dan solusi dari fenomena ini. Bupati Berau, Muharram menyampaikan, dugaan sementara fenomena ini terjadi karena limbah pupuk dari perkebunan sawit yang mengalir ke sungai karena terbawa hujan.
Pemkab Berau menghentikan sementara aktivitas pemupukan di dua perushaan kebun sawit. Perusahaan perkebunan sawit itu juga diminta untuk menutup pintu air drainase yang bermuara ke Sungai Segah.