INFOBERAU.COM, TANJUNG REDEB – Fenomena perubahan warna air sungai, sudah memasuki pekan ketiga. Belum ada tanda-tanda, fenomena ini akan berakhir.
Bahlan di sejumlah titik, perubahan warna air sungai ini secara kasat mata, justru semakin parah.
Ini bisa dilihat dari perubahan warna yang sebelumnya cokelat keruh menjadi bening dan berwarna kehijauan.
Lamanya fenomena ini berlangsung, membuat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Segah menjadi kewalahan.
Pasalnya, selama fenomen perubahan warna air ini berlangsung, kadar pH (asam-basa air) berubah drastis.
Untuk menetralkannya, PDAM Tirta Segah, mau tidak mau harus menambah komposisi bahan kimia.
Seperti diberitakan sebelumnya, kadar asam-basa atau pH air Sungai Segah turun 3 sampai 4.
Direktur PDAM Tirta Segah, Saipul Rahman mengatakan, dalam kondisi normal, tingkat pH air Sungai Segah yang menjadi air baku PDAM mencapai 6 hingga 7
Penambahan komposisi bahan kimia ini, akhirnya berdampak pada peningkatan biaya produksi.
“Dengan penambahan bahan kimia ini, kadar pH air yang diolah dan diproduksi sudah sesuai standar, yakni pH 7. Kalau pH tidak dinormalkan, masyarakat yang akan jadi korban,” tegas Saipul Rahman.
Meski tidak menyebutkan, berapa kerugian untuk menutupi biaya produksi air bersih, namun Saipul membenarkan, jika biaya produksi PDAM meningkat.
“Untuk kerugian belum bisa kami rincikan. Karena masih dalam perhitungan. Apalagi penambahan bahan kimia kami lakukan secara intensif sejak fenomena ini terjadi,” jelasnya.
Itu belum termasuk biaya uji laboratorium untuk mengetahui kualitas air baku PDAM yang bersumber dari Sungai segah.
“Kami mengirim 60 liter sampel air untuk diuji di Samarinda. Biayanya mencapai Rp 40 juta. Belum penggunaan bahan kimia selama kondisi air berubah,” imbuhnya.
Belum lagi potensi kerugian yang disebabkan kerusakan pipa intake akibat reaksi kimia. Karena sumber air baku yang mengandung asam cukup tinggi.
Menurutnya, air yang mengalami penurunan pH yang ekstrem ini dikhawatirkan akan merusak pipa dan pompa intake PDAM. Kini, PDAM tengah mempertimbangkan apakah tetap memproduksi air bersih atau tidak.
“Turunnya kadar pH ini, juga pasti akan berpengaruh terhadap mesin (pompa). Kami tidak mau ambil risiko sampai mengalami kerusakan peralatan. Kami akan konsultasikan dulu (dengan Pemkab Berau), apakah akan menghentikan produksi atau tidak,” tandasnya.
Menghentikan produksi, bukan berati menghentikan distribusi. PDAM tirta Segah akan tetap mendistribusikan air bersih dari resvoir (penampungan air).
Jika sudah mulai menipis, PDAM akan kembali memproduksi. Ini dilakukan untuk mencegah kerusakan mesin pompa, karena digunakan untuk menyedot air yang emngandung asam tinggi secara terus-menerus.