INFOBERAU.COM, TELUK BAYUR – Bupati Berau, Muharram menginstruksikan agar dua perusahaan yang berada di bawah naungan Kuala Lumpur Kepong (KLK) Group, yakni PT Satu Sembilan Delapan dan PT Hutan Hijau Mas untuk menghentikan aktivitas pemupukan dan menutup pintu air dari drainase kebun sawit ke Sungai Segah.
Pasalnya, menurut Bupati Muharram, tim dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau mendapati sampel air yang mengalir ke Sungai Segah mengalami penurunan pH yang sangat ekstreme.
Pengambilan sampel ini bertujuan untuk mengetahui, apa penyebab munculnya fenomena perubahan warna air sungai, yang sebelumnya cokelat keruh, berubah menjadi jernih dan berwarna kehijauan.
Fenomena ini sudah terjadi sebanyak tiga kali dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Yakni tahun 2015, tahun 2016 dan yang terjadi hingga hari Rabu (20/11/2019) ini.
Ditemui di ruang kerjanya, Manajer Humas KLK Group, Jupita mengatakan, pihaknya tidak menganggap penghentian aktivitas pemupukan dan penutupan pintu air dari drainase ke sungai, sebagai sanksi dari Pemkab Berau.
“Penghentian sementara ini untuk mencari solusi, bagaimana kami mengelola limbah. Dan perusahaan kami sangat berkomitmen dengan lingkungan. Karena perkebunan sawit itu berkelanjutan,” kata Jupita, Rabu (20/11/2019).
Jupita mengatakan, perusahaannya juga melakukan pengambilan sampel secara mandiri untuk membandingkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Pemkab Berau.
Jupita menjelaskan, dalam salah satu area perkebunan KLK Group, terdapat lahan gambut yang kadar asamnya tinggi.
“Apalagi kena musim kemarau, ada kebakaran hutan juga, setelah itu diguyur hujan dan airnya terbawa ke sungai. Kami berharap (informasi) ini juga menjadi refrensi (bagi Pemkab Berau), apakah (penurunan pH air) ada relevansinya dengan pH rendah yang mereka temukan,” ujarnya.
Selain itu, Jupita mempertanyakan indikator pencemaran yang dimaksud oleh Bupati Berau, Muharram. “Apakah indikator pencemaran itu hanya berdasarkan pH?,” tanya Jupita.
KLK Group juga membantah laporan masyarakat, adanya aktivitas pembuangan pupuk ke Sungai Segah. “Secara logika, untuk apa kami membuang pupuk ke sungai. Pupuk kan mahal, kenapa dbuang-buang?” ujarnya dengan nada heran.
Pernyataan Jupita ini merupakan tanggapan atas laporan warga yang mengaku mengetahui, ada oknum karyawan perkebunan sawit milik KLG Group yang membuang pupuk ke sungai. Menurut Jupita, tudingan itu tidak masuk akal.
KLG Group dituding sebagai penyebab perubahan warna air Sungai Segah, lantaran DLHK menemukan kondisi air normal dari drainase air limbah perusahaan tambang. Sementara dari drainase perusahaan sawit justru sebaliknya, kadar pH menurun drastis.
Selain itu, di sepanjang Sungai Segah, mayoritas merupakan perusahaan perkebunan sawit milik KLK Group.